AI

CEO Google, Sundar Pichai menyatakan kecerdasan buatan ( artificial intelligence / AI ) harus diatur lebih ketat. Dia khawatir kecerdasan buatan disalahgunakan, misalnya dalam teknologi pengenalan wajah.

Eksekutif The Alphabet dan Google menyampaikan bahwa kecerdasan buatan mengalami perkembangan positif, Rabu (22/1).

Karya terbaru Google misalnya menemukan bahwa kecerdasan buatan dapat mendeteksi kanker payudara lebih akurat dari pada dokter.

Google juga menggunakan kecerdasan buatan agar lebih akurat dalam memprediksi curah hujan di sebuah tempat.

Meski perkembangan tersebut positif, Pichai mengingatkan bahwa selama ini kebaikan dari sebuah teknologi tidak pernah dijamin.

Dia berkata bahwa internet memungkinkan untuk terhubung dengan siapa saja dan mendapatkan informasi dari mana saja, tetapi juga lebih mudah untuk menyebarkan informasi yang salah.

Untuk mengatasi persoalan itu, Pichai merekomendasikan pengembangan peraturan secara global dalam penggunaan kecerdasan buatan. Untuk mencapai itu, dia berharap ada kesepakatan atas nilai dasar dari hal tersebut.

“Perusahaan seperti kami tidak bisa hanya membangun teknologi baru yang menjanjikan dan membiarkan kekuatan pasar memutuskan bagaimana kecerdasan buatan akan digunakan,” ujarnya.

Pichai selanjutnya menyebut Undang-Undang Perlindungan Data Umum Eropa (UGDPR) sebagai pijakan untuk membuat aturan penggunaan kecerdasan yang isinya menekankan bahwa AI digunakan dengan mempertimbangkan faktor keamanan dan keadilan, serta potensi dan bahaya. Meski diketahui Google bermasalah dengan UGDPR di masa lalu.

Pichai mengaku peduli dengan yang dipikirkan banyak orang bahwa teknologi, termasuk komunikasi internet, mesin pembelajaran, dan algoritma telah memainkan peran yang semakin menonjol dalam kehidupan manusia.

Oleh karena itu, Pichai mengklaim Google siap menjadi membantu dan terlibat dalam pembuatan regulasi mengatasi persoalan tersebut.